Portal Olahraga Terupdate – Musim 2024/2025 menjadi musim penuh paradoks bagi Manchester United. Klub dengan sejarah besar ini mengalami ketimpangan performa yang mencolok antara kompetisi domestik dan Eropa. Di satu sisi, mereka tampil goyah di Premier League dan gagal menunjukkan dominasi seperti era kejayaan mereka dulu. Namun di sisi lain, performa di Liga Europa justru sangat mengesankan dan memberi secercah harapan di tengah situasi yang suram.
Kacau di Liga Domestik
Sejak awal musim, Manchester United menunjukkan tanda-tanda inkonsistensi. Di bawah manajer baru Ruben Amorim, klub seolah belum menemukan identitas permainan yang solid. Harapan untuk membangun era baru dengan gaya bermain segar berubah menjadi tekanan akibat serangkaian hasil mengecewakan.
Kekalahan 3-4 dari Brentford menjadi kekalahan ke-13 mereka musim ini di Premier League—angka yang mencerminkan krisis yang belum terselesaikan. Masalahnya bukan hanya kalah dari tim kuat, tetapi juga dari tim-tim yang secara kualitas seharusnya bisa diatasi. Wolves dan Bournemouth, misalnya, berhasil mencuri poin dari MU yang terlihat mudah dipatahkan secara taktik dan mental.
Bahkan bermain di Old Trafford pun tak lagi memberi keuntungan. Enam kali sudah mereka tumbang di kandang sendiri—hal yang sangat jarang terjadi di era sebelumnya. Dukungan dari fans tak cukup untuk membangkitkan semangat tim yang tampak rapuh dan kehilangan arah.
Salah satu penyebab utama keterpurukan adalah lemahnya lini pertahanan. Dalam enam laga liga terakhir, mereka sudah kebobolan 13 gol. Kesalahan individu, kurangnya koordinasi, dan minimnya kepemimpinan di belakang membuat MU sangat rentan. Akibat rentetan hasil negatif itu, mereka kini terpuruk di peringkat ke-15 klasemen, hanya berjarak beberapa poin dari zona degradasi. Sebuah situasi yang tak terbayangkan di awal musim.
Gemilang di Pentas Liga Europa
Ironisnya, saat performa domestik memburuk, Manchester United justru memperlihatkan wajah berbeda di Liga Europa. Di kompetisi ini, mereka tampil jauh lebih meyakinkan dan disiplin. Hingga babak semifinal, MU belum menelan satu pun kekalahan. Performa mereka konsisten dan menunjukkan efektivitas tinggi, baik di kandang maupun tandang.
Rangkaian kemenangan atas tim-tim seperti PAOK, Steaua Bucharest, dan Real Sociedad membuktikan bahwa tim ini masih punya potensi besar jika bermain tanpa tekanan yang membebani. Di leg pertama semifinal, United tampil dominan dan berhasil menang 3-0 atas Athletic Bilbao di Spanyol—hasil yang sangat krusial sebagai modal menuju final.
Performa apik di Eropa juga menunjukkan bahwa Amorim mampu membawa pendekatan taktik yang cocok untuk pertandingan sistem gugur. Pemain tampil lebih fokus, lini tengah lebih rapi, dan pertahanan lebih tenang. Mungkin karena tekanan ekspektasi di Premier League jauh lebih berat, sedangkan di Eropa mereka justru bermain lebih bebas dan percaya diri.
Trofi Eropa Jadi Jalan Keselamatan
Dengan kondisi di liga yang nyaris tak bisa diselamatkan, Liga Europa kini menjadi satu-satunya jalur realistis bagi Manchester United untuk meraih sesuatu musim ini—baik itu sebuah trofi maupun tiket menuju Liga Champions. Trofi ini bisa menjadi pelipur lara sekaligus fondasi kepercayaan untuk musim berikutnya.
Jika berhasil menjuarai Liga Europa, musim yang terlihat kacau ini masih bisa ditutup dengan rasa bangga. Sebaliknya, jika gagal, MU tak hanya kehilangan prestise Eropa, tetapi juga akan absen dari kompetisi elite musim depan—yang artinya pukulan besar bagi proyek jangka panjang klub.
Musim ini memperlihatkan bahwa Manchester United masih jauh dari kata stabil. Namun performa di Eropa membuktikan bahwa masih ada potensi dan peluang untuk bangkit, jika arah dan kepercayaan tim bisa dikelola dengan benar.
Sumber :Bolanet